SUATU hari, ada seorang pemuda yang pandai dan terampil di sebuah sekolah. Ia selalu mendapat nilai tinggi dalam semua mata pelajaran. Berbagai keterampilan dan ekstrakurikuler pun dengan mudah dipelajarinya. Akan tetapi, salah satu kelemahannya adalah tidak bisa bekerja sama dengan orang lain. Ia merupakan tipe orang yang suka menyendiri dan bekerja sendiri. Dengan segala kemampuannya, ia yakin dapat sukses dalam segala hal. Hingga pada suatu hari, seorang guru memberi tugas kelompok. Teman-temannya tidak ada yang ingin sekelompok dengan pemuda tersebut. Ia tidak menghiraukan dan tetap mengerjakan tugas itu sendiri. Pada akhirnya, tugas si pemuda tersebut tidak mendapat nilai karena tidak sesuai dengan instruksi guru.
Dalam Injil hari ini, Yesus berbicara tentang kaya-miskin. Yesus secara tegas membandingkan antara miskin dan kaya. Yang miskin akan berbahagia karena mempunyai Kerajaan Allah, sedangkan yang kaya akan celaka karena telah memperoleh hiburan sebelumnya. Yesus menyangkutpautkan hal ini dengan akhir zaman, bahwa orang miskin karena menderita selama hidupnya di dunia akan bahagia pada akhir zaman. Sebaliknya, orang kaya, karena sudah bahagia selama hidupnya di dunia, akan menderita pada akhir zaman.
Pernyataan Yesus tidak berarti bahwa Ia membenci orang kaya dan hanya berpihak pada orang miskin. Tentunya tidak salah ketika orang menjadi kaya dengan usahanya sendiri yang jujur, dan justru menjadi salah, ketika orang menjadi miskin karena malas. Akan tetapi, perkataan Yesus tentang miskin dan kaya bukan soal benar dan salah, dan bukan juga soal materi. Jika hanya soal materi, maka soal miskin dan kaya bersifat relatif; tergantung dari sudut pandang apa dan dibandingkan dengan siapa. Orang yang memiliki sebuah mobil dianggap lebih kaya daripada orang yang memiliki motor, namun dapat dianggap juga lebih miskin daripada orang yang memiliki banyak mobil mewah.
Lebih dari itu, soal miskin dan kaya adalah soal hati yang terbuka pada belas kasih Allah. Orang miskin yang dimaksud Yesus adalah orang yang selalu menantikan dan berharap akan belas kasih Allah, sehingga berpegang teguh pada Allah. Di sisi lain, orang kaya adalah orang yang sudah merasa cukup akan segala hal sehingga tidak menantikan apa-apa, termasuk tidak berharap akan belas kasih Allah.
Sama seperti kisah di atas, si pemuda merasa sudah hebat dalam segala hal sehingga menjadi sombong dan yakin dapat mengerjakan semua hal tanpa bantuan orang lain. Singkat kata, orang miskin adalah orang yang selalu membutuhkan rahmat Allah dalam setiap langkah hidupnya, sedangkan orang kaya adalah orang yang sombong dan congkak karena merasa dirinya sudah memiliki segala hal, sehingga tidak membutuhkan Allah lagi.
Dalam kehidupan sehari-hari, situasi miskin-kaya menjadi pilihan bagi kita. Situasi miskin-kaya tidak hanya menyangkut akhir zaman. Segala usaha dan kegiatan kita di dunia ini pun menjadi sarana untuk mendapatkan rahmat Allah. Rahmat Allah dapat memiliki banyak bentuk, dan selalu cukup bagi kita.
Sekarang, dengan situasi kondisi hidup saat ini kita dapat bertanya pada diri sendiri bagaimana sikap hati kita kepada Allah. Apakah kita sudah terbuka akan belas kasih Allah? Apakah kita masih keras kepala dan memaksakan kehendak pribadi? Semoga kita dapat merasa miskin di hadapan Allah, lalu semakin dapat membuka hati kepada Allah dalam doa-doa dan kegiatan kita. (Fr. Ignatius Bahtiar)
Bapa yang baik, kami bersyukur bahwa Engkau selalu memelihara hidup dan mendampingi kami dalam setiap situasi. Bukalah hati kami agar selalu menggantungkan harapan hanya padaMu dan bukan kemampuan diri kami sendiri. Amin.
Malaikat adalah makhluk Allah yang diciptakan dari cahaya dan senantiasa taat kepada perintah-Nya. Mereka memiliki berbagai tugas dan fungsi yang berkaitan dengan kehidupan manusia dan alam semesta. Malaikat juga memiliki sifat-sifat khusus yang membedakan mereka dari makhluk lain.
Sifat-sifat malaikat dapat dibagi menjadi dua, yaitu sifat-sifat umum dan sifat-sifat khusus. Sifat-sifat umum adalah sifat-sifat yang dimiliki oleh semua malaikat, sedangkan sifat-sifat khusus adalah sifat-sifat yang dimiliki oleh sebagian malaikat saja.
Sifat-sifat umum malaikat adalah sebagai berikut1:
Sifat-sifat khusus malaikat adalah sifat-sifat yang dimiliki oleh sebagian malaikat saja, tergantung pada jenis dan tugas mereka. Beberapa contoh sifat-sifat khusus malaikat adalah sebagai berikut2:
Perilaku malaikat adalah perilaku yang mencerminkan kepatuhan, kesucian, kebaikan, dan kecintaan mereka kepada Allah. Perilaku malaikat juga dapat menjadi teladan bagi manusia untuk menghiasi diri mereka dengan akhlak mulia. Beberapa contoh perilaku malaikat adalah sebagai berikut3:
Source: (1) (DOC) MAKALAH IMAN KEPADA MALAIKAT.docx – Academia.edu. (2) (DOC) Mengenal Sifat Malaikat dan Tugasnya – Academia.edu. (3) (PDF) Iman Kepada Allah dan Malaikat – Academia.edu.
Allah memberikan rezki kepada mereka, dengan rezeki yang Dia pilih yang di dalamnya ada kemaslahatan, sebaliknya Dia akan menjadikan miskin siapa saja yang berhak untuk miskin dan Allah memberi rezeki sesuai kadar hamba-Nya dalam ketentuan-Nya. Foto ilust
Banyak orang tetap saja tidak menyadari, bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala yang berkehendak menentukan seseorang itu
. Sehingga banyak umat Islam ketika kekurangan harta, dia akan meminta-minta kepada selain Allah dengan minta bantuan pesugihan atau penglaris atau minta kepada sesama makhluk, dan sebagainya.
, berpijak, dan berharap. Sedang minta pertolongam ke "orang pintar" atau dukun adalah perbuatan setan yang malah menjerumuskan kepada perbuatan syirik. Seharusnya lah seorang muslim hanya menyandarkan harapannya kepada Allah dengan berusaha, berdoa, dan bertawakal.
Hendaknya disadari juga bahwa Allah maha kaya. Allah maha pemberi. Allah maha mengatur siapa yang layak mendapat kelebihan harta dan siapa yang panas diberi dengan kondisi sedikit kekurangan. Allah yang menentukan siapa yang kaya dan siapa yang miskin. Bekerja adalah wasilah dan jalan. Tapi Allah yang menentukan
dan kekayaan seorang hamba.
Dalam tafsir surat Asyuura 27 disebutkan, sesungguhnya ada diantara hamba Allah orang yang tidak pantas baginya kecuali kaya. Sebab, ️kalau seandainya Allah menjadikan dia sebagai orang miskin, niscaya kemiskinannya akan merusak dirinya dengan menjauh dari agamanya.
️Dan diantara hamba Allah ada orang yang tidak pantas baginya kecuali miskin. Sebab, kalau seandainya Allah menjadikan dia orang kaya, niscaya kekayaannya akan merusak dirinya dan dia akan berpaling dan menjauh dari agama dan ketaatan.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَلَوْ بَسَطَ اللّٰهُ الرِّزْقَ لِعِبَا دِهٖ لَبَغَوْا فِى الْاَ رْضِ وَلٰكِنْ يُّنَزِّلُ بِقَدَرٍ مَّا يَشَآءُ ۗ اِنَّهٗ بِعِبَا دِهٖ خَبِيْرٌۢ بَصِيْرٌ
"Dan sekiranya Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya niscaya mereka akan berbuat melampaui batas di bumi, tetapi Dia menurunkan dengan ukuran yang Dia kehendaki. Sungguh, Dia Maha Mengetahui terhadap (keadaan) hamba-hamba-Nya, Maha Melihat." (QS. Asy-Syura : 27)
Jadi, adalah hikmah Allah yang begitu agung ketika menetapkan seseorang menjadi kaya atau miskin.
Dalam kitab tafsir Ibnu Katsir, ketika menjelaskan Surat Asy- Syura ayat 27, Ibnu Katsir rahimahullah berkata bahwa Allah memberikan rezki kepada mereka, dengan rezki yang Dia pilih yang di dalamnya ada kemaslahatan mereka. Dan Allah lebih tahu akan hal itu, maka Dia pun menjadikan kaya orang yang berhak untuk kaya. Lalu menjadikan miskin siapa saja yang berhak untuk miskin. Dan Allah memberi rezeki sesuai kadar hamba-Nya dalam ketentuan-Nya bahwa Dia lah yang maha pemberi rezeki.
Harus diyakini bahwa Allah lah satu-satunya pemberi rezeki. Yaitu rezeki yang sifatnya umum, yaitu segala sesuatu yang dimiliki hamba, baik berupa makanan dan selain itu. Dengan kehendak-Nya, kita bisa merasakan berbagai nikmat rizki, makan, harta dan lainnya.
Karena AllahTa’alaberfirman :
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ هَلْ مِنْ خَالِقٍ غَيْرُ اللَّهِ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ
“Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah Pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezki kepada kamu dari langit dan bumi?” (QS. Fathir: 3)
قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ قُلِ اللَّهُ
“Katakanlah: “Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan dari bumi?” Katakanlah: “Allah.” (QS. Saba’: 24)
Allah juga menegaskan bahwa : “Tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak disembah selain Allah; maka mengapakah engkau bisa berpaling (dari perintah beribadah kepada Allah semata)?” (QS. Fathir: 3)
Selain Allah sama sekali tidak dapat memberi rezeki. AllahTa’alaberfirman :
Puncta 09.03.23Kamis Prapaskah IILukas 16: 19-31
KESENJANGAN hidup di tengah masyarakat nampak dari gaya hidup para pejabat. Kasus mantan pegawai pajak yang mempunyai harta kekayaan sampai milyaran rupiah sangat kontras dengan kondisi masyarakat yang berada di bawah garis kemiskinan.
Di satu pihak para pejabat hidup bermewah-mewah, sementara di tempat lain rakyat kecil hidup sangat menderita.
Dari Detikfinance dicatat bahwa Jakarta masuk urutan ke-20 dari 25 daftar kota termahal dunia pada 2021. Kondisi antara si kaya dan si miskin sangat “jomplang” artinya jurang kesenjangan sosial makin tinggi.
Menurut data Badan Statistik Nasional, ratio gini di Jakarta ada di 0,400 di tahun 2020. Padahal ratio gini nasional adalah 0,385. Artinya kesenjangan sosial di Jakarta jauh lebih besar daripada rata-rata nasional.
Yang mengejutkan justru Yogyakarta berada di puncak dengan angka 0,459.
Untuk kita pahami, ratio gini adalah indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat ketimpangan pendapatan antar masyarakat di suatu negara atau suatu daerah.
Kalau angkanya semakin tinggi atau mendekati nilai 1, itu berarti ketimpangan di suatu daerah semakin tinggi.
Ketimpangan sosial akan berdampak pada kehidupan masyarakat; makin banyak pengangguran, kejahatan meningkat, daya beli masyarakat rendah, tingkat depresi dan stres makin tinggi. Hal ini harus menjadi keprihatinan semua pihak.
Dalam Injil digambarkan tingkat kesenjangan yang tinggi antara si kaya dan miskin dalam diri Lazarus.
Si kaya hidup dalam kemewahan, selalu memakai jubah ungu dan kain halus, setiap hari bersuka ria dalam kemewahan.
Sedang Lazarus si miskin hidup sebagai pengemis, badannya penuh dengan borok. Ia berbaring dekat pintu rumah orang kaya, Ia hanya bisa mengharapkan belas kasih dari orang kaya.
Tetapi malahan anjing-anjing menjilati boroknya.
Keadaan menjadi berbalik ketika mereka mati. Orang miskin itu berada dalam pangkuan Bapa Abraham dalam kemuliaan sedang si miskin mengalami derita yang kekal.
Orang kaya itu meminta bantuan Lasarus agar menyelamatkannya dari tempat penyiksaan itu.
Hal ini menunjukkan apa yang kita buat di dunia nanti juga akan terjadi di akerat. Apa yang tidak kita lakukan di dunia nanti pun tidak akan terjadi di kehidupan nanti.
Orang kaya itu semasa hidupnya tidak mau membantu Lasarus yang miskin. Kekayaannya hanya untuk dirinya sendiri.
Kekayaan bukan sesuatu yang buruk, jelek. Kita boleh menjadi kaya. Tetapi kita harus sadar bahwa kekayaan itu bersifat sosial.
Apa yang kita miliki adalah anugerah Tuhan. Anugerah itu harus dibagi untuk keselamatan orang lain juga.
Orang zaman ini sangat individualis. Mereka berpikir orang lain bukan urusan saya. Orang tidak mau peduli dengan keadaan di sekitarnya.
Kita harus ingat bahwa manusia itu makhluk sosial. Mari kita pupuk kesadaran sosial. Kita ingat sila ke lima dalam Pancasila; Keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia.
Jangan menyesal kalau nanti KPK menelisik harta kekayaan anda yang tidak jelas asal-usulnya dan menjeratnya dengan pasal pencucian uang. Lalu anda akan merengek-rengek minta bantuan Lasarus di surga sana.
Menikmati balet Ramayana di bulan purnama.Di tribun hawanya dingin harus berselimut kain.Orang disebut kaya bukan karena banyak harta,Dia adalah orang yang mau berbagi dengan orang lain.
Cawas, mari kita berbagi…